Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi QS. An-Nahl 125)


Oleh: Cecep Supriadi

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang otentik dan bersifat final. Diturunkan kepada nabi Muhammad saw. sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh manusia dalam menjalani kehidupan. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang akan membawa kebaikan bagi siapa yang mengikuti dan berpegang teguh kepadanya. Yang mencangkup seluruh aktivitas ibadah, mu’amalah, dakwah, dan juga pendidikan.
Al-Qur’an telah berhasil mendidik nabi Muhammad beserta para sahabatnya. Menjadikan mereka generasi terbaik. Serta mampu membangun peradaban. Peradaban baru yang menggantikan peradaban lama (Arab sebelum Islam). Yang penuh dengan kejahiliahan, kemusyrikan, dan ketidakadilan.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, sudah menjadi hal yang sangat urgen untuk kembali mengkaji al-Qur’an. Menerapkannya dalam kehidupan sebagai pedoman yang tidak akan menyesatkan. Jika, kita mengharapkan generasi terbaik kembali hari. Maka, mendidik generasi baru dengan metode yang terdapat dalam al-Qur’an menjadi sebuah keharusan.
Banyak dalam al-Qur’an metode pendidikan yang efektif. Salah satunya terdapat dalam surat an-Nah ayat 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan mau’izoh hasanah (pelajaran yang baik) dan jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang baik). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

                Terdapat tiga metode pendidikan dalam ayat ini. Pertama, mendidik dengan al-hikmah. Para ulama tafsir memberikan pengertian hikmah beberapa definisi. Salah satunya penjelasan Sayyid Quthub dalam Fii Zilalil Qur’an, mendidik dengan hikmah adalah menguasai keadaan dan kondisi peserta didik (anak, murid). Mengetahui batasan-batasan materi yang disampaikan sesuai dengan kemampuan akal mereka. Sehingga tidak membingungkan dan memberatkan.
            Kedua, Mendidik dengan mau’izah hasanah. Dengan nasehat yang baik. Nasehat yang mampu membangun kepercayaan diri peserta didik. Penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Menghindari bentakan dan kekerasan. Menjauhi hukuman yang mencederai fisik ataupun batin. Memberikan contoh yang benar. Sebagaimana Nabi memberikan contoh kepada para sahabat. Prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa anak adalah peniru paling ulung. Dia akan mengikuti apa yang dia lihat baik ataupun buruk. Oleh sebab itu, pendidik (guru, orang tua) harus mampu menjadi teladan mereka.
            Ketiga, Mendidik harus dengan mujadalah billati hiya ahsan, mendebat dengan cara yang baik. Maksudnya, adalah memberikan jawaban terbaik dalam setiap pertanyaan yang diajukan. Sudah fitrah seorang anak adalah memiliki sikap penasaran dan selalu ingin tahu. Karena itu, pendidik harus mampu menjelaskan dengan cara yang baik dan argumentasi yang kuat. Dan mampu memberikan jawaban terhadap rasa penasaran mereka.
            Sudah menjadi fakta sejarah bahwa Nabi berhasil mendidik para sahabat sehingga menjadi generasi terbaik. Maka dari itu, hendaknya para pendidik dapat mengaplikasikan metode pendidikan dalam al-Quran (Surat An-Nahl 125) ini.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cecep Supriadi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger